POTENSI WISATA BAHARI YANG TERABAIKAN

Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar yang wilayahnya terbentang dari Sabang hingga Merauke atau dari Talaud hingga Rote. Indonesia diakui sebagai salah satu negeri yang elok dengan berbagai keindahan alamnya, tidak hanya di darat, juga di laut. Di Indonesia bertebar beraneka ragam ekosistem laut dan pesisir. Ada banyak pantai berpasir indah di negeri ini yang menakjubkan bagi yang melihatnya. Ada juga banyak gua, laguna, estuari, hutan mangrove, padang lamun, rumput laut, dan terumbu karang yang menghiasi negeri ini. Semuanya indah dan perawan (pristine, unspoiled). Indonesia juga memiliki enam dari sepuluh ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di dunia. Ada Raja Ampat, Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa, dan Pulau Weh yang terderet dalam sepuluh ekosistem terumbu karang yang dikeluarkan oleh World Tourism Organization. Indonesia sebagai negara kepulauan berpotensi besar untuk mengembangkan potensi wisata bahari. Keragaman hayati dan kebhinekaan sosial budaya memiliki keunikan dan daya tarik bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Pengembangan potensi wisata bahari memiliki arti strategis dalam pengembangan budaya bahari, usaha multisektor, ekonomi daerah, dan penguatan peran serta masyarakat. Hampir tidak ada yang memungkiri bahwa Indonesia merupakan surga bagi pengembangan potensi wisata bahari. Terumbu karang Indonesia menyumbang sebanyak 21% kekayaan terumbu karang dunia dan 75% jenis karang di dunia dapat ditemui di sini. Lebih dari 3.000 jenis ikan hidup di perairan Indonesia membentuk taman surgawi yang begitu indah. Taman–taman laut tersebut telah menjadi kawasan hutan bakau terbesar di dunia. Jika dikelola dengan baik, kawasan taman laut di Indonesia dapat menghasilkan sekitar US$ 2,3 miliar atau Rp21 triliun lebih per tahun. Pertanyaan yang muncul adalah apakah bangsa Indonesia telah menyadari begitu besar potensi wisata bahari yang dimiliki? Kabupaten Ende yang berada di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki berbagai potensi wisata bahari yang dapat lebih dikembangkan menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing. Kabupaten Ende dengan luas 2.046,60 km2 dan memiliki garis pantai sepanjang 111 mil atau 205,572 km terbelah dari pesisir utara panjang 60 mil atau 111,120 km dan pesisir selatan sepanjang 51 mil atau 94,452 km ditengah dari Pulau Flores. Potensi–potensi wisata di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, antara lain adalah Pulau Komodo di Kabupaten Manggarai Barat dan Danau Tiga Warna Kelimutu di Kabupaten Ende. Selama ini yang dikenal oleh wisatawan mancanegara (wisman) hanya dua objek wisata di Pulau Flores, padahal di kabupaten lain, selain kedua kabupaten itu, masih banyak objek wisata yang menarik dan bagus. Dari arah barat Pulau Flores, objek wisata itu adalah sebagai berikut: Pulau Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Danau Ranamese dan Pemandangan Indah di Gunung Anak Ranaka Kabupaten Manggarai Timur, Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau di Riung Kabupaten Ngada, Tinju Adat di Kabupaten Nagekeo, Danau Tiga Warna Kelimutu di Kabupaten Ende, Taman Wisata Alam Gugus Pulau Teluk Maumere di Kabupaten Sikka, Devosi Prosesi Jumad Agung atau Semana Santa di Kabupaten Flores Timur, dan Atraksi Langka Perburuan Ikan Paus Nelayan Lamalera di Kabupaten Lembata. Ini baru sebagian obyek wisata yang boleh dikatakan dikenal secara luas. Terdapat 15 lokasi wisata budaya dan 69 lokasi wisata alam yang tersebar pada 21 kecamatan di Kabupaten Ende dan yang menjadi lokasi wisata bahari terdapat di 24 lokasi yang tersebar di 11 kecamatan. Jumlah itu siap dikembangkan menjadi daya tarik bagi wisatawan seperti terlihat pada Tabel. Menurut Prof. Chafid Fandeli wisata bahari adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Dalam hubungan dengan aktivitas wisata alam pantai dan bahari maka secara umum kegiatan wisata di objek wisata alam dapat diklasifikasikan kedalam 2 (dua) kelompok, yaitu 1) wisata perairan atau wisata bahari; dan 2) wisata daratan. Aktivitas bentang laut, yaitu berenang, memancing, bersampan yang meliputi berdayung, atau berlayar, menyelam yang meliputi diving dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air dan selancar angin serta berperahu parasut (parasailing). Aktivitas bentang darat, yaitu rekreasi berupa olahraga susur pantai, bersepeda, panjat tebing pada dinding terjal pantai dan menelusuri gua pantai. Selain itu dapat pula dilakukan aktivitas bermain layang–layang, berkemah, berjemur, berjalan–jalan melihat pemandangan, berkuda atau naik dokar pantai. Tabel Obyek Wisata Bahari di Kabupaten Ende Beberapa rumusan solusi startegi dari persoalan wisata bahari di Ende antara lain sebagai berikut. Pertama, untuk dapat mengelola potensi–potensi wisata bahari yang ada, Pemerintah Kabupaten Ende harus mengeluarkan kebijakan yang memberikan kesempatan dan kemudahan kepada pelaku pariwisata untuk dapat masuk ke dalam kawasan wisata bahari agar memulai usahanya. Kebijakan yang dilakukan adalah dengan mempermudah pengurusan izin usaha dan izin mengelola kawasan wisata bahari. Kebijakan yang terkait dengan strategi ini adalah kebijakan penataan ruang dengan mengikuti peraturan yang berlaku dan perlindungan terhadap lingkungan. Kedua, pemerintah membuat perencanaan untuk mengembangkan kawasan–kawasan wisata bahari sehingga dapat diketahui kawasan mana yang lebih dapat cepat dijual dan kawasan mana yang perlu lebih banyak memerlukan penataan infrastruktur. Strategi kedua ini ditempuh agar tidak terjadi konflik kepentingan antarsektor. Ketiga, dengan perencanaan yang dibuat dalam strategi kedua, akan dapat diketahui bukan saja apa yang harus dikembangkan di kawasan wisata bahari, tetapi juga akan diketahui hal apa saja yang diperlukan untuk sarana–sarana pendukung kawasan wisata bahari di Kabupaten Ende. Yang penting diperhatikan di Kabupaten Ende adalah pengembangan sarana pelabuhan laut dan penambahan kemampuan Bandar Udara H.H. Aroeboesman Ende untuk bisa didarati pesawat berbadan lebar. Selain itu, juga dukungan infrastruktur jalan yang menghubungkan potensi–potensi wisata bahari di Kabupaten Ende. Keempat, pemerintah bersama masyarakat kawasan wisata bahari mempersiapkan sumber daya manusia yang akan mengelolanya. Pengembangan sumber daya manusia bisa dilakukan melalui pelatihan–pelatihan pengelolaan wisata bahari. Melalui strategi ini diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengembangan wisata bahari. Kelima, pemerintah mempromosikan kawasan–kawasan wisata bahari di Kabupaten Ende secara kontinu dan berkesinambungan melalui berbagai cara dan media. Kelima strategi ini diharapkan dapat mengembangkan potensi pariwisata bahari di Kabupaten Ende. Namun, strategi–strategi ini tidak akan berarti jika pemerintah, investor/swasta, perbankan, masyarakat, dan pihak lain yang memungkinkan tidak berkoordinasi dalam mengembangkan potensi wisata bahari untuk kemakmuran rakyat Kabupaten Ende. Fores Pos, 11 Augustus 2012

Disqus Comments