KUNCI SUKSES USAHA RUMAH MAKAN

Masyarakat kota Ende sekarang tidak sulit mencari tempat makan, baik untuk makan pagi, makan siang, maupun makan malam. Rumah makan atau warung makan bertebaran di berbagai tempat dalam kota, terutama di jalan protokol. Dengan harga yang terjangkau dan menu yang merakyat, para pemilik rumah makan menyediakan makanan sesuai dengan selera warga kota. Sejak pukul 06.00 sampai pukul 24.00 warga kota dimanjakan dengan aneka masakan yang disajikan. Kalau diperhatikan, sebagian besar para pedagang makanan (pemilik rumah makan) ini adalah para perantau dari luar yang berjuang mencari nafkah di Kota Ende.
Salah satu rumah makan yang cukup laris mulai dari pagi sampai malam hari adalah milik Pak Warno (56 tahun) asal Madiun, Jawa Timur. Dia bersama istri mangkal di seputaran pertokoan Kelurahan Mbongawani, dengan warung tenda bernama “Nasi Pecel Yu Sri”. Kisah suksesnya menarik. Beliau datang ke Ende pada tahun 1978, umur 19 tahun. Dia mulai dengan berdagang bakso keliling sampai tahun 1988 dengan rute Ateau, Jl. Kemakmuran, Jl. Katedral, Jl. Irian Jaya, Jl. Sudirman, Kantor Dinas PU, Jl. Banteng, Jl. Garuda (keluar pukul 3 sore dan berakhir 9 atau 10 malam). Pada pagi harinya rute beliau berjualan bakso mulai dari Ateau, Jl. Kemakmuran, Jl. Katedral, Jl. Yos Sudarso, SDK Ende 2 (mangkal untuk 2x istirahat), Jl. Pahlawan, Jl. Soekarno dan kembali ke Ateau. Pada tahun 1988 Beliau berjualan bakso menetap di Jl. Kemakmuran depan RM. Istana Bambu/Salon Melani sampai dengan tahun 2005. Pada tahun 2005 sampai saat ini Beliau berjualan Nasi Pecel di depan Toko Sumber Rejeki Jl. Pasar atau samping Toko Mirama. Kisah sukses Pak Warno bekerja keras selama 37 tahun sampai kini sungguh sumber inspirasi kepada siapa saja yang mau sukses. Dia dari Madiun merantau ke Ende dan berjuang di sektor informal untuk melayani kebutuhan masyarakat Kota Ende. Dia orang biasa, tetapi hidup sukses melebihi masyarakat biasa di kota ini karena bekerja keras, ulet, dan jujur dalam berusaha. Dia bersama keluarga menikmati pekerjaannya sebagai penjual makanan dan bertahan sampai sekarang. Bahkan punya anak dan cucu selama di Ende. Mereka meninggalkan kampung halamannya untuk berjuang secara halal. Tanpa disadari, banyak warga yang terbantu karena kehadiran para perantau yang berjualan makanan di kota ini. Mengapa Pak Warno dan ratusan penjual makanan yang lain menjadi sukses di sektor informal? Menurut saya ada beberapa faktor kunci. Pertama, mereka “kerja keras” membangun usaha dari bawah. Mereka bangun pagi dan menyiapkan makanan pada saat orang lain tertidur lelap. Kerja keras itu berulang setiap hari selama bertahun–tahun bahkan sampai puluhan tahun. Kedua, mereka “ulet” untuk bertahan dari berbagai halangan dan tantangan. Meskipun modal mereka kecil, tetapi berkat keuletan mereka bertahan, mereka berhasil dari keuletan itu. Mereka ulet menghadapi cuaca yang tidak bersahabat seperti hujan dan angin yang datang sewaktu–waktu. Ulet mencari celah dan peluang tempat menjual makanan. 
Mereka juga ulet membawa barang dagangannya keliling kota dengan kondisi topografi Kota Ende yang tidak rata. Mereka tetap ulet bekerja dan bertahan dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun. Ketiga, mereka “jujur” pada diri sendiri dan kepada orang lain. Kejujuran ini yang membuat pelanggan merasa perlu untuk datang lagi karena rasa masakannya enak dan tetap. Banyak pedagang kita yang tidak jujur dalam soal rasa masakan sehingga pelanggan hanya datang sekali dua kali saja. Soal jujur dalam rasa ini menentukan kesuksesan bisnis makanan (kuliner). Rasa tidak bisa ditipu, tidak bisa dipaksakan. Kerja keras, ulet, dan jujur dalam melaksanakan usaha adalah kunci kesuksesan usaha rumah makan. Ketiga sifat ini pula merupakan ciri wirausahawan yang unggul. Masyarakat akan menghormati orang–orang yang memiliki sifat kerja keras, ulet, dan jujur. Masyarakat juga akan percaya kepada usaha–usaha yang solid dan kontinyu. Solid maksudnya, pedagang kuliner itu menjual dagangannya dengan rasa masakan yang sama sesuai selera pelanggan. Kontinyu maksudnya, pedagang menjual setiap hari tidak berhenti, kecuali hari libur agama. Masyarakat sudah yakin bahwa pada pagi hari apabila ingin sarapan pagi sudah jelas di mana tempatnya, tinggal datang saja. Saya kira kita masyarakat Kota Ende perlu berterimakasih kepada para pedagang perantau yang telah menunjukkan sifat kerja keras, ulet, dan jujur dalam membangun usaha mereka di kota ini. Kiranya Pemda Ende memberikan akses yang lebih luas untuk tempat berjualan mereka. Masyarakat lain yang bukan perantau dapat pula merintis usaha rumah makan dengan modal sifat kerja keras, ulet, dan jujur. Flores Pos, 20 Mei 2015

Disqus Comments