MEMILIH TIDAK DENGAN EMOSI NEGATIF

Pada Senin, 21 Oktober 2013, rakyat Ende memilih pemimpin Ende untuk lima tahun kedepan. Pemilihan ini akan sangat menentukan pembangunan dan perkembangan masyarakat Ende selama lima tahun kedepan. Catatan ini ditulis agar orang Ende mengambil keputusan memilih pemimpinnya tidak dalam kerangka emosi karena hal itu akan berakibat negatif. Akibat negatif disini dalam artian tidak akan menguntungkan orang Ende sendiri. Dalam kehidupan manusia ada dua kelompok besar emosi yang selalu mempengaruhi manusia dalam mengambil keputusan, yakni kelompok emosi positif dan kelompok emosi negatif. Sebuah keputusan dikatakan baik atau tidak sangat tergantung pada emosi yang menyertainya. Keputusan yang baik tentu berasal dan dipengaruhi emosi yang positif. Kelompok emosi positif yang terdiri dari courageus (keberanian), acceptance (penerimaan), dan peace (kedamaian). Sementara itu kelompok emosi negatif yang terdiri dari Apathy (ketidakpedulian), Grief (kesedihan), fear (ketakutan), lust (keserakahan), anger (kemarahan), dan pride (kesombongan). Emosi negatif yang pertama yaitu apathy. Apathy terjadi apabil kita dalam mengambil keputusan tidak peduli siapa yang akan memimpin kita yang penting sebagai warga negara mengikuti pilkada dan tusuk saja dinomor yang kita lihat menarik. Bahkan dengan emosi ini orang tidak merasa wajib ke TPS (Tempat Pemukutan Suara). Emosi yang kedua adalah grief (kesedihan). Kesedihan dalam mengambil keputusan diakibatkan kita merasa sedih bahwa calon yang kita harapkan ternyata tidak dapat ikut dalam pilkada ini. Akibatnya, kita memilih siapa saja, yang penting kita pilih. Kita sedih karena ekspektasi kita terhadap calon yang gagal ikut dalam pilkada itu sangat tinggi sehingga menjadi sedih dan frustrasi yang berakibat pada pemilihan itu sendiri. Emosi yang menyertai ketiga adalah fear (ketakutan). Ketakutan dalam mengambil keputusan akan berakibat kita memilih secara asal–asalan. Orang bersikap primordial, dimana kita hanya memilih calon pemimpin dari kampung kita agar silahturahmi berlangsung lancar. Kita juga akan terdorong untuk memilih calon pemimpin karena dia adalah atasan kita walau kita tahu dia tidak berkualitas. Kita takut nanti dia menekan kita. Kita juga akan memililih calon pemimpin karena kita diberi uang. Kalau tidak memilih, kita takut akan dimarahi. Emosi negatif yang keempat adalah lust (keserakahan). Kita memilih karena sang calon akan memberikan kita kemudahan–kemudahan dalam bekerja misalnya proyek, mendapatkan katabelece untuk tes PNS padahal dalam keluarga kita sudah banyak yang PNS. Emosi negatif yang kelima adalah anger (kemarahan). Orang sering bilang bahwa kalau sedang marah jangan melakukan sesuatu karena akan mengakibatkan perbuatan kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Kita marah karena salah satu calon ternyata pernah mengecewakan sehingga pilih saja orang lain yang kita tidak kenal sepak terjang dan rekam jejaknya. Emosi negatif yang keenam adalah pride (kesombongan). Kadang–kadang kita lupa bahwa semua yang mencalonkan diri itu adalah orang yang mampu. Jangan pernah merasa orang lain selain calon kita itu tidak mampu atau tidak lebih bagus dari calon kita. Kalau kita melihat sesuatu dari sudut pandang bahwa orang lain tidak lebih bagus daripada orang sesuku kita, itulah emosi kesombongan sangat mempengaruhi kita. Mengambil keputusan dengan emosi positif adalah suatu keberanian. Keputusan yang kita ambil harus didasari keberanian bahwa calon kita bisa saja kalah dalam pemilihan ini. Kalau kita berani untuk menang, kita juga harus berani untuk kalah dengan segala konsekuensinya. Kita juga harus yakin bahwa calon yang kita pilih adalah orang yang berani memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme dan semua jenis penyelewengan kekuasaan lain. Kita bisa menerima semua kemenangan atau kekalahan dalam pemilihan ini. Yang memilih itu bukan kita seorang saja, tapi seluruh masyarakat Kabupaten Ende. Jadi, hasil dari pemilihan ini bisa bermacam–macam dan kemenangan dan kekalahan bisa saja tidak terduga sesuai harapan dan keinginan kita. Mengambil keputusan dengan kedamaian. Kedamaian hati kita akan sangat menentukan pilihan kita seperti apa. Dengan kedamaian kita bisa merasakan bahwa apapun hasil keputusan kita pasti akan memuaskan kita. Kita pun kalau mengambil keputusan dengan rasa damai maka kalah atau gagal pun tidak akan mempengaruhi kepuasan kita. Akhirnya marilah kita memilih pemimpin Ende dengan keputusan yang dilakukan secara emosi positif atau secara berani, menerima hasil keputusan dan mengambil keputusan dengan rasa damai. Kabupaten Ende akan dipimpin oleh siapapun asal kita ata Ende pilih dengan keputusan memilih yang positif, yakin pemimpin itu adalah pemimpin yang terbaik. Flores Pos, 19 Oktober 2013

Disqus Comments